Komplek Makam Teungku Raja Hitam

Sejarah Kenegerian Julok

Di era kenegerian, terdapat dua kenegerian Julok, Julok Cut dan Julok Rayeu. Julok Rayeu merupakan salah satu pemukiman tertua di onderafdeeling Idi, dibatasi oleh wilayah Julok Cut di utara, Selat Malaka di timur, wilayah Boegeng dan Bago di selatan, dan Tanah Gayo di barat.

Awalnya dihuni oleh orang Aceh yang berasal dari Pasai dan diperintah oleh seorang kepala dari Selangor (Malaka), wilayah ini selama beberapa waktu menjadi korban berbagai perang dan pemberontakan, sampai sekitar sepuluh tahun sebelum dimulainya Perang Aceh terjadi pertarungan menentukan antara Uleebalang Kereutoe dan Julok, di mana wilayah terakhir menang berkat bantuan Panglima Prang Nyak Sien. Uleebalang Julok saat itu, T. Kari, adalah orang yang tidak terlalu energik, yang meninggal tak lama setelah kejadian tersebut dan digantikan oleh Teukoe Bentara Tjoet Seutia.

Belanda datang ke wilayah Julok Rayeu saat wilayah tersebut dipimpin oleh Teukoe Bentara Tjoet Seutia. Kedatangan Belanda di Julok Rayeu direspon dengan membangun benteng di Gloempang, dan mereka tidak mau tunduk kepada Belanda. Namun, selanjutnya divisi pendaratan marinir pada 4 November 1873 mengambil alih benteng tersebut dan membakar kampung Gloempang. Setelah satu tahun bernegosiasi, T. Bentara Tjoet Seutia akhirnya tunduk kepada Belanda dan bendera Belanda dikibarkan di Gloempang (Oktober 1874).

Sementara itu, Julok Cut awalnya merupakan bagian dari wilayah Julok Rayeu; Panglima Prang dari wilayah terakhir ini, Nja Hakim, telah mendirikan perkebunan lada di tempat tersebut sekitar tahun 1870.

Peninggalan Komplek Makam Teungku Raja Hitam di Labuhan

Pada masa lalu, Labuhan diperkirakan pernah menjadi pusat wilayah Julok. Hal itu dibuktikan dengan dijumpai sebuah pemakaman milik keluarga uleebalang (hulubalang) Julok dalam pekarangan Meunasah Gampong Labohan. Pada nisan salah satu makam terdapat epitaf dengan bahasa Jawiy yang menyebutkan:  Teungku Raja Hitam bin Teungku Bentara Cut Lambita (?) Julo’ Besar yang telah kembali ke rahmatullah pada hari Kamis 7 Syawwal 1320 (1902).

Menurut Abdul Jalil, makam ini dikenal dengan kubu Teungku Syahid. Mungkin, karena Teungku Raja Hitam telah meninggal dunia dalam peperangan melawan kolonial Belanda di permulaan abad ke-20.Â

Lebih lanjut, informasi mengenai Teungku Raja Hitam tidak dapat ditelusuri karena keterbatasan informasi.

(Sumber: https://www.mapesaaceh.com/2021/05/segurat-sejarah-pelabuhan-lada-di-julok.html?m=1)

Gallery

Lokasi

Tags

Bagikan