Masjid Tuha Simpang Ulim

Sumber: Dokumentasi tim Peneliti, 2024

Masjid Tuha Simpang Ulim yang terletak di desa Keude Tuha memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dimulai pada abad ke-18 ketika Teuku Nyak Malem, ayah dari Teuku Muda Yusuf, tiba di Simpang Ulim. Teuku Nyak Malem, seorang uleebalang atau pemimpin wilayah pertama di Simpang Ulim, juga dikenal sebagai seorang pengusaha lada. Pada tahun 1815, dimulailah awal dari sejarah perkembangan daerah Kerajaan Simpang Ulim.

Pada masa itu, Teuku Muda Nyak Malem bersama kawan-kawannya datang dari Aceh Besar (Tungkop) untuk membuka daerah Simpang Ulim sebagai tempat tinggal yang baru. Mereka membuka daerah ini sebagai tempat tinggal yang baru. Untuk sarana hubungan dengan menggunakan perahu atau tongkang, hubungan terus berkembang sampai ke luar negeri, yaitu Malaysia.

Sumber: (Sumber: Sabil, J. (2010). Mesjid Bersejarah di Nanggroe Aceh Jilid II. Bidang Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakatr dan Pemberdayaan Masjid (Penamas). Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh)

Seiring dengan perkembangan ini, untuk tempat sandar perahu-perahu dan tongkang yang keluar masuk baik dari daerah maupun dari luar negeri, dibangunlah sebuah pelabuhan yang terletak di Desa Keude Tuha. Daerah sekitar pelabuhan ini kemudian dibangun kedai-kedai (toko sekarang) dan juga dibangun benteng-benteng pertahanan untuk menghindari serbuan-serbuan Belanda. Daerah sekitar pelabuhan ini kemudian disebut Lemkuta, yang kemudian menjadi sebuah dusun dalam Desa Keude Tuh.

Setelah masa Teuku Muda Nyak Malem, pimpinan negeri diganti oleh anaknya, Teuku Muda Yusuf. Namun, ia juga tidak kalah aktifnya dalam membangun daerah Simpang Ulim. Dengan semakin banyaknya penduduk dan para ulama yang bermukim di daerah baru ini, pada tahun 1840 H didirikan sebuah masjid atas inisiatif Teuku Muda Yusuf dan anggota masyarakatnya.

Masjid pertama yang dibangun di daerah Simpang Ulim ini terletak di Lemkuta Keude Tuha, yang pada masa ini sudah menjadi daerah Gampong Blang. Masjid ini dibangun dengan menggunakan tiang-tiang kayu mrebo yang terdapat di daerah-daerah penebangan untuk penambahan penduduk. Pada masa tersebut, pembangunan masjid dilaksanakan melalui kolaborasi dana masyarakat setempat bersama dengan kontribusi dari Tengku Muda Yusuf, mencerminkan keterlibatan aktif baik dari tingkat lokal maupun pemimpin regional dalam upaya membangun infrastruktur keagamaan

Gallery

Lokasi

Tags

Bagikan